PRABOWO SUBIANTO : IMPOR MAKANAN BUKANLAH CIRI NEGARA BESAR
Rakyat Aktual. “Tidak ada negara yang bisa berhasil jika bergantung pada impor,
apalagi jika harus impor makanan!” Ucap Prabowo Subianto saat
menyampaikan pandangannya ketika membuka diskusi yang disiarkan oleh
DIGDAYA TV lewat kanal Facebook.
Menurut Prabowo, sebuah negara dikatakan maju jika negara tersebut mampu swasembada pangan sehingga ada keterjaminan pangan bagi rakyatnya. Pangan adalah masalah dasar yang harus diselesaikan oleh sebuah negara jika ingin maju.
“Syarat paling dasar untuk kemajuan sebuah negara adalah dengan kemampuan swasembada pangan. Jika untuk makanan saja kita masih impor, sama artinya kita membayar tenaga dari petani di negara asal impor tersebut. Sedangkan kita juga punya anak-anak bangsa yang juga mampu untuk menghasilkan barang yang sama. Ini adalah bagian dari bentuk larinya kekayaan kita keluar negeri,” lanjut Prabowo.
Dalam pandangan Prabowo, setelah swasembada pangan diselesaikan baru kemudian masalah energi selanjutnya masalah lainnya seperti industri manufaktur. Karena semua barang turunan dari industri manufaktur membutuhkan suplai energi.
“Selain swasembada pangan, hal lain yang harus dihadapi diselesaikan adalah swasembada energi. Setelah itu baru dikembangkan Industri Manufaktur yang dapat menghasilkan kendaraan, alat elektronik, gadget, dan barang-barang lain. Negara kita harus menghasilkan sendiri barang-barang yang vital untuk negara sendiri, sehingga kekayaan kita tidak perlu lari keluar negeri,” lanjut mantan Danjen Kopassus itu.
Prabowo menganalogikan bahwa, “sebuah negara itu ibarat tubuh manusia. Sedangkan kekayaan negara ibarat darah. Jika aliran darah tidak lancar, maka akan memberi dampak tidak baik. Maka dapat dianalogikan bahwa kekayaan yang lari keluar negeri seperti manusia yang darahnya disedot,” ujar Prabowo menganalogikan.
Bagi Prabowo, Indonesia butuh pengurusan yang benar karena angka tingkat kelahiran kita sangat tinggi sejumlah dengan warga singapura sekitar 5 juta dan semua butuh makan. Butuh solusi cerdas untuk menyelesaikan masalah yang ada di indonesia.
“Angka kelahiran di Indonesia adalah 5 juta bayi setiap baru. Jumlah itu setara dengan 1 negara Singapura. Artinya setiap tahun ada 5 juta mulut baru (orang) yang harus diberi makan, setiap tahun ada ‘Singapura-Singapura’ baru yang butuh makan. Artinya ini harus dicarikan solusi dengan sebaik-baiknya,” tegas Prabowo.
Menurut Prabowo, impor bukanlah ciri dari negara besar. Apalagi impor bahan makanan. Dulu kita mampu swasembada pangan bahkan mengekspor, itu artinya jika negara di urus dengan benar maka kita akan mampu mandiri dalam hal pangan.
Ketika negara kita mampu stop impor dan swasembada pangan itu artinya petani kita makmur. Tercipta banyak lapangan kerja di desa-desa sehingga sawah-sawah terjaga dan tidak perlu tercipta urbanisasi yang tidak diperlukan. Desa makmur sama dengan artinya negara makmur karena jumlah profesi petani dan masyarakat yang hidup di pedesaan terbesar di indonesia.
Setuju dengan pandangan Prabowo?.
Menurut Prabowo, sebuah negara dikatakan maju jika negara tersebut mampu swasembada pangan sehingga ada keterjaminan pangan bagi rakyatnya. Pangan adalah masalah dasar yang harus diselesaikan oleh sebuah negara jika ingin maju.
“Syarat paling dasar untuk kemajuan sebuah negara adalah dengan kemampuan swasembada pangan. Jika untuk makanan saja kita masih impor, sama artinya kita membayar tenaga dari petani di negara asal impor tersebut. Sedangkan kita juga punya anak-anak bangsa yang juga mampu untuk menghasilkan barang yang sama. Ini adalah bagian dari bentuk larinya kekayaan kita keluar negeri,” lanjut Prabowo.
Dalam pandangan Prabowo, setelah swasembada pangan diselesaikan baru kemudian masalah energi selanjutnya masalah lainnya seperti industri manufaktur. Karena semua barang turunan dari industri manufaktur membutuhkan suplai energi.
“Selain swasembada pangan, hal lain yang harus dihadapi diselesaikan adalah swasembada energi. Setelah itu baru dikembangkan Industri Manufaktur yang dapat menghasilkan kendaraan, alat elektronik, gadget, dan barang-barang lain. Negara kita harus menghasilkan sendiri barang-barang yang vital untuk negara sendiri, sehingga kekayaan kita tidak perlu lari keluar negeri,” lanjut mantan Danjen Kopassus itu.
Prabowo menganalogikan bahwa, “sebuah negara itu ibarat tubuh manusia. Sedangkan kekayaan negara ibarat darah. Jika aliran darah tidak lancar, maka akan memberi dampak tidak baik. Maka dapat dianalogikan bahwa kekayaan yang lari keluar negeri seperti manusia yang darahnya disedot,” ujar Prabowo menganalogikan.
Bagi Prabowo, Indonesia butuh pengurusan yang benar karena angka tingkat kelahiran kita sangat tinggi sejumlah dengan warga singapura sekitar 5 juta dan semua butuh makan. Butuh solusi cerdas untuk menyelesaikan masalah yang ada di indonesia.
“Angka kelahiran di Indonesia adalah 5 juta bayi setiap baru. Jumlah itu setara dengan 1 negara Singapura. Artinya setiap tahun ada 5 juta mulut baru (orang) yang harus diberi makan, setiap tahun ada ‘Singapura-Singapura’ baru yang butuh makan. Artinya ini harus dicarikan solusi dengan sebaik-baiknya,” tegas Prabowo.
Menurut Prabowo, impor bukanlah ciri dari negara besar. Apalagi impor bahan makanan. Dulu kita mampu swasembada pangan bahkan mengekspor, itu artinya jika negara di urus dengan benar maka kita akan mampu mandiri dalam hal pangan.
Ketika negara kita mampu stop impor dan swasembada pangan itu artinya petani kita makmur. Tercipta banyak lapangan kerja di desa-desa sehingga sawah-sawah terjaga dan tidak perlu tercipta urbanisasi yang tidak diperlukan. Desa makmur sama dengan artinya negara makmur karena jumlah profesi petani dan masyarakat yang hidup di pedesaan terbesar di indonesia.
Setuju dengan pandangan Prabowo?.
Komentar
Posting Komentar